Minggu, 14 April 2013

KEYAKINANLAH YANG MEMBEDAKAN (Learning Revolution 7, dari SEMINAR GURU SUPER KREATIF)

Ada pertanyaan yang sering muncul di benak,jika semua orang memiliki potensi dasar yang sama, lalu mengapa ada orang yang mampu mencapai banyak hal dalam hidupnya dibanding yang lain.

Mengapa mereka mampu membuat karya-karya besar dan luar biasa dalam hidupnya dibanding kebanyakan orang pada umumnya. Jika potensi mereka dan potensi kebanyakan orang yang bahkan untuk mengurusi diri sendirinya saja tidak mampu, itu sama, lalu
apa yang membedakan?
apakah karena mereka berasal dari keturunan orang-orang berhasil?
Apakah mereka memang memiliki kecerdasan lebih?
Apakah mereka lebih memiiliki sumber daya yang membuat mereka berhasil?

 Atau Apakah mereka memang punya garis nasib yang berbeda dengan kebanyaka ManWithWinningTrophy.jpg hee ah.jpg Jika pertanyaan-pertanyaan di atas diteruskan, maka apakah Thomas alfa Edison memang terlahir cerdas?, dari keturunan orang-orang cerdas dan selalu lebih unggul dalam prestasi akademik dibanding ilmuwan-ilmuwan di jamannya? sehingga dialah yang akhirnya dipilih Allah untuk menjadi orang yang menemukan strategi yang tepat mencipta bohlamp lampu, dan kita tahu itu tidak benar, bahkan Thomas alfa Edison awalnya adalah anak bermasalah yang mengalami disable learning, suka membuat ulah dan sulit memahami pelajaran yang diajarkan gurunya di sekolah, hingga dia dikeluarkan dari sekolah, akhirnya dia belajar dengan caranya sendiri, dia menikmati belajar otodidaknya tersebut hingga keyakinan dirinya tumbuh begitu kuat seiring dengan berbagai hal yang dia ketahui.

Dan keyakinan, semangat serta ketekunan kerjanyalah yang membuat Allah memilihnya untuk menjadi tokoh sejarah sebagai penemu bohlamp lampu. Apakah Albert Einstain yang saat ini dianggap sebagai tokoh science, bapak ilmu pengetahuan, terlahir dengan bakat-bakat luar biasa?, selalu menonjol di sekolah, menjadi anak yang cemerlang secara prilaku dan akademis? Ternyata pun tidak! Albert Einstain hampir sama riwayatnya dengan Thomas Alfa Edison, si Albert kecil juga bermasalah di kemampuan belajarnya, dia lebih suka melamun dan berimajinasi dibanding fisica1.jpg mendengarkan ceramah gurunya, ia pun akhirnya dikeluarkan dari sekolah. Dengan riwayat seperti itu, anehnya dia bisa menjadi tokoh paling cemerlang di ilmu pengetahuan dengan berbagai temuan dahsyat yang ia temukan.

Apakah Tukul atau Mandra memiliki kelebihan fisik (satu-satunya kelebihan fisik yang mereka punyai adalah kekurangan menurut kebanyakan orang) sehingga mereka bisa bersaing dan menonjol di sebuah industry yang sangat memperhitungkan kesempurnaan pisik, atau apakah mereka mempunyai financial lebih untuk mendukung karir mereka di dunia entertainment?, atau apakah mereka mempunyai relasi yang kuat di industry ini?, awalnya, sama sekali tidak. Tapi kita melihat saat ini, mereka bisa memenangkan persaingan di industry entertainment dengan memanfaatkan kekurangan mereka.

Bangsa Arab jahiliyyah, awalnya juga sebuah bangsa yang sama sekali tidak diperhitungkan, tetapi ketika keyakinan penduduknya mulai dibangun oleh datangnya seorang nabi revolusioner, Nabi Muhammad,hanya dalam waktu kurang dari 50 tahun sejak Nabi Muhammad berdakwah membangkitkan keyakinan yang kokoh di dada mereka, bangsa ini menjadi imperium besar yang sangat disegani oleh bangsa-bangsa besar lainnya saat itu, romawi dan persi. Bahkan akhirnya bangsa kecil ini, bisa menguasai dua emperium besar tersebut. Sekali lagi, semua bermula pada keyakinan. Keyakinan adalah “saklar” potensi, ia bisa menghidupkan potensi raksasa yang ada dalam dada kita, pun sebaliknya ia bisa juga mematikan potensi raksasa tersebut.

Ia bisa menggerakkan tubuh kita untuk mencapai apapun yang kita yakini bisa kita capai, pada saat yang sama, ia pun bisa melumpuhkan tubuh kita untuk melakukan sesuatu yang kita yakini tidak bisa kita capai.

Sahabat, apa sih yang kira-kira menghambat kita untuk mendapat nilai 9 di matematika, jika ada, hal itu pasti adalah keyakinan yang tertanam kuat di otak bawah sadar kita, keyakinan itulah yang menutup potensi kecerdasan otak kita hingga kita tidak bisa meraihnya. Perbedaan tipis antara anak yang dianggap cerdas dan anak yang dianggap kurang cerdas, seringkali bukanlah pada potensi otaknya, tetapi pada keyakinan yang tersimpan di otaknya. Anak “cerdas” dan anak “kurang cerdas” pasti berbeda keyakinannya akan apa yang bisa atau tidak bisa ia raih.

Anak yang meyakini dirinya cerdas, jauh lebih punya ekspektasi untuk mendapat nilai teratas dibanding mereka yang meyakini dirinya tidak cerdas. Ekspektasi inilah yang akhirnya mendorong, memacu dan mengarahkan tubuh dan pikirannya untuk mendapatkan hasil yang maksimal, bahkan ketika akhirnya dia mendapatkan nilai yang tidak sesuai, keyakinan bahwa dirinya cerdas, membuat dirinya tidak mudah menyerah, dia akan selalu mencari jalan untuk membuktikan keyakinan yang tertanam kuat di alam bawah sadaranya, begitu juga proses yang berlaku bagi mereka yang meyakini dirinya tidak cerdas. Keyakinan akan selalu mendorong tubuh dan pikiran untuk mencari jalan membuktikan bahwa keyakinannya benar.

SIKLUS KEYAKINAN.

 Awalnya saya tidak punya keyakinan diri untuk bisa menembus persaingan kuliah di ITS, minimal saya bisa lulus SPMB di universitas negeri saja sudah bangga, tapi ketika keyakinan awal saya untuk bisa masuk 10 besar saat di kelas 3 smu akhirnya terbukti, saya jadi punya keyakinan untuk bisa masuk ITS, dan akhirnya keyakinan ini terbukti.

Jika digambarkan sebagai sebuah SIKLUS, maka apa yang sebenarnya terjadi pada tubu Awalnya KEYAKINAN membuka katup POTENSI diri kita, selanjutnya POTENSI ini akan menggerakkan tubuh kita untuk melakukan MASSIF ACTION (tindakan yang totalitas), dan tindakan “massif” ini akhirnya membuahkan HASIL , hasil yang kita raih sangat mempengaruhi keyakinan awal kita, begitu seterusnya.

KEYAKINAN, POTENSI,TINDAKAN,HASIL

Yang krusial adalah pada saat hasil ternyata tidak sesuai dengan yang kita harapkan, jika kita tidak hati-hati meresponnya, maka hasil itu bisa melemahkan keyakinan kita, otomatis potensi kita akan turun, tindakan melemah dan hasilnya semakin jauh dari yang kita harapkan. Hal ini tidak jarang terjadi pada anak-anak yang habis mengikuti seminar motivasi, muncul keyakinan yang besar, keyakinan ini sayang tidak dibarengi dengan strategi dan tindakan yang tepat, hingga hasilnya tidak sesuai, hasil –karena tidak disikapi dengan sikap yang tepat- akhirnya melemahkan keyakinan awal yang sebenarnya sudah kuat.

Hingga akhirnya mengalami demotivasi, kembali ke kondisi semula, bahkan tidak jarang lebih buruk dari kondisi sebelum ikut seminar motivasi, lebih parah lagi jika muncul sikap apatis terhadap acara-acara seminar motivasi.


LAMP3
 Karena keyakinan terbentuk salah satunya oleh apa yang kita alami, maka yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana kita menyikapi tiap pengalaman yang kita alami, jika seorang anak sering mendapat nilai 9 di matematika, dari kelas 1 sd hingga smu, maka keyakinan dia bahwa dia ahli di matematika akan sangat kuat terajut di otaknya, begitu juga sebaliknya, anak yang dari kecil selalu mendapat nilai merah di pelajaran ini, cenderung punya keyakinan bahwa dia tidak berbakat menguasai matematika, kecuali jika kita mau merubah penyikapan kita akan hasil yang kita alami.


LAMP5

 Berikut ini adalah siklus bagaimana seharusnya kita menyikapi kegagalan, agar kegagalan tersebut tidak otomatis melemahkan keyakinan diri kita. Jadi pada saat kita mengalami kegagalan, maka kegagalan itu adalah media belajar kita untuk merubah dan memperbaiki tindakan hingga mendapat hasil yang sesuai dengan harapan kita, SUKSES.
Jika kita sukses, maka biarkan pengalaman ini memperkuat keyakinan kita secara otomatis. KEYAKINAN POTENSI TINDAKAN SUKSES GAGAL

Tidak ada komentar:

LINK FROM AREMANIA