Minggu, 14 April 2013

MENGUBAH KATA-KATA, MENGUBAH EMOSI.(Learning Revolution 15 HASIL SEMINAR GURU SUPER KREATIF)


Jika anda telah memahami kekuatan kata-kata dalam mempengaruhi emosi, maka mulai sekarang berhati-hatilah memilih kata-kata. Ada katakata yang malah menempatkan kita hingga terjebak di kondisi emosi yang tidak memberdayakan, dan seringnya kita tidak menyadari akan hal ini, satu contoh, ketika anda dihadapkan pada sebuah masalah yang sangat berat, lalu anda mengatakan pada diri anda “ Wah, masalah ini terlalu berat buat saya”, saya pastikan kata-kata barusan malah menempatkan anda di kondisi emosi yang melemahkan, bayangkan bagaimana jadinya perasaan anda jika kata-kata yang anda katakan pada diri anda saat diterpa masalah adalah : “Wah, tantangan ini begitu menggairahkan”, jika kata “masalah” anda ganti dengan “tantangan”, lalu kata “terlalu berat” anda ubah jadi “menggairahkan”, maka anda akan tetap berada pada kondisi emosi penuh sumber daya.
Kata-kata seperti apa yang sering kita gunakan, hampir selalu sebanding dengan emosi apa yang sering kita rasakan, jika kosa kata negative yang sering meluncur dari mulut anda, maka emosi negatiflah yang sering tercipta di dada anda, begitu juga sebaliknya.

Kemauan kita memilih kata-kata yang lebih memberdayakan akan menempatkan kita di kondisi emosi yang menggairahkan. Berikut ini daftar kata-kata yang melemahkan dan kata gantinya yang lebih memberdayakan atau minimalnya menurunkan intensitas emosi kita: Kata-kata negative 1.Masalah.
 2.Sangat berat.
3.Kamu bodoh !!
 4.Kamu nakal !!
5.Ini Sulit sekali
6.Aku bĂȘte

 7.Dia menyakitiku Kata ganti positif
1.Tantangan
2.Sangat menantang
3.Kamu kurang pintar
4.Kamu kreatif 5.Ini tidak mudah
 6.Aku ingin rileks
7.Dia membuatku merasa kurang nyaman.

Tantangan anda ke depan adalah berhati-hati terhadap self talk yang terjadi di diri anda, selalu pilih dan gunakan kata-kata yang lebih memberdayakan emosi anda, dan jadikan hal itu sebagai kebiasaan baru bagi anda. REFREMING. “Musibah yang menjadi Anugerah”,kalimat inilah yang sering saya pilih saat saya menceritakan pengalaman saya di smu kelas 2, saat itu saya mendapat “Musibah” dengan prestasi akademik masuk 5 besar dari belakang, tapi musibah ini akhirnya menjadi anugerah,karena dengan prestasi yang demikian buruk ini, memicu kesadaran saya untukbangkit dan membuktikan bahwa saya bisa mencapai prestasi yang jauh lebih baik di kelas tiga. Jika seseorang, saat mendapat “musibah” memaknainya sebagai musibah, maka dia akan semakin merasa lemah.

Bayangkan, apa yang terjadi jika saat saya mendapat musibah sebagaimana di atas, lalu kemudian saya memaknainya ; “Yah… aku memang benar-benar bodoh ..!” maka makna ini akan menempatkan saya di kondisi terburuk dan malah semakin menguatkan keyakinan bahwa saya tidak pantas berprestasi. Beruntung, Allah membimbing saya untuk memaknainya dengan makna berbeda yang lebih memberdayakan Makna yang kita lekatkan pada satu kejadian, jauh lebih penting daripada kejadian itu sendiri. Salah satu keistimewaan kita sebagai manusia, adalah kemampuan kita memaknai kejadian. Sebenarnya kejadian yang kita alami sifatnya netral, menjadi positif atau negative tergantung dari makna yang kita lekatkan. Satu kejadian bisa kita maknai dengan berjuta makna berbeda, masing-masing makna, akan memunculkan kondisi emosi dan respon yang berbeda.
Disinilah pentingnya kemauan dan kesadaran kita dalam memaknai satu kejadian. Seni memaknai kembali satu kejadian ini dalam terminology ilmu NLP dikenal dengan istilah Refreming. Salah satu keistimewaan kita sebagai manusia,adalah kemampuan kita memaknaikejadian. Sebenarnya kejadian yang kita alami sifatnya netral,menjadi positif atau negative tergantung dari makna yang kita lekatkan.

Refreming adalah seni menyajikan kembali satu kejadian dengan makna yang lebih memberdayakan. Ada dua cara yang bisa kita lakukan dalam reframing ini, yaitu me-reframe dari sisi ISI dan mereframe dari sisi KONTEKS. Salah satu contoh memaknai ulang dari sisi ISI adalah sebagai berikut:missal anda tidak bisa melanjutkan kuliah karena masalah biaya, maka anda bisa memaknai kejadian ini sebagai berikut : “Wah, kayaknya Tuhan menginginkan saya menjadi pengusaha”. (Faktanya : banyak pengusaha SUKSES yang tidak bergelar S1), atau anda bisa memaknainya: “Tuhan sepertinya ingin melihatku kuliah dengan biaya sendiri” (Faktanya : Tidak sedikit mahasiswa yang harus berjuang membiayai kuliahnya sendiri dengan menyambi bekerja, akhirnya SUKSES dalam hidup).
Atau misalnya ada pelajaran sulit yang bahkan anak yang lebih pintar dari anda pun tidak bisa menguasainya, maka jika kebanyakan orang memaknainya dengan mengatakan “Wah.., anak yang pandai saja tidak bisa, apalagi saya ?”, anda juga bisa memaknainya sebagai berikut : “Bagus.., ini kesempatan emas saya untuk membuktikan bahwa saya bisa lebih baik dari dia”, makna ini tentunya akan mengobarkan semangat anda untuk bisa menguasai pelajaran yang anak pandaipun kesulitan menguasainya. Jadi memaknai dari sisi ISI adalah mencari makna lain yang lebih memberdayakan diri kita, sehingga kita tetap bersemangat dan bergairah. Sekarang caranya gimana ?, Salah satu cara terbaik untuk memancing otak kita, sehingga kita bisa menemukan makna lain yang lebih memberdayakan adalah dengan mengajukan pertanyaan ke otak kita : “Makna apa lagi yang perlu saya lekatkan dari kejadian ini sehingga saya lebih bergairah, lebih berdaya dan lebih SUKSES lagi dari sebelumnya ?”.
Dengan ketrampilan ini andapun bisa membantu memberdayakan orang-orang di sekitar anda ketika mereka menghadapi kenyataan “pahit” dalam hidupnya, missal jika seseorang datang kepada anda kemudian dia curhat, menyampaikan bahwa matematikanya mendapat nilai 5, maka anda bisa membantu memberikan makna berbeda dengan mengatakan “ Bagus ! Ini berarti belajar kamu perlu diperbaiki dan ditingkatkan lagi”. Memaknai kejadian dari sisi konteks adalah proses mengubah pengalaman negative dengan makna positif dengan mengubah konteks ruang dan waktu dimana pengalaman itu terjadi.
Contoh sederhana yang pernah saya alami adalah saya pernah gagal dalam mengikuti seleksi ujian masuk ke STM Pembangunan, yang akhirnya mengantarkan saya masuk ke sebuah SMU negeri, kejadian ini memberi berkah tersendiri karena dengan masuk ke SMU saya jadi bisa lebih mudah kuliah di PTN yang saya sukai, Andai saya diterima di STM tersebut, saya pasti kesulitan untuk bersaing di UMPTN, karena memang pembelajaran di STM tidak disetting untuk melanjutkan ke PTN. Satu kejadian buruk yang kita alami saat ini, bisa menjadi berkah luar biasa di masa mendatang (konteks waktu) dan atau di tempat yang berbeda (konteks tempat).
Cara terbaik yang bisa kita lakukan untuk mereframe satu kejadian dari sisi konteks adalah dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : “Pada waktu dan tempat berbeda, makna seperti apa lagi yang bisa lebih memberdayakan dan menguntungkan saya”. Satu missal lagi, anda gagal dalam ujian dan tidak naik kelas, anda bisa memaknai kegagalan di atas dengan mengatakan : “ Di masa depan, saya bisa jadikan pengalaman ini sebagai kisah inspiratif bagi yang lain, dimana dengan kegagalan ini, saya toh masih bisa bangkit dan meraih kesuksesan” (Faktanya : Banyak motivator-motivator yang menjadi sangat berpengaruh karena pernah mengalami kegagalan besar).

Sahabat, memang benar bahwa kita tidak diberi kuasa untuk memastikan apa yang akan terjadi esok hari, tapi apapun yang terjadi esok hari, kita diberi kuasa untuk menjadikan kejadian tersebut sebagai pemicu dan media belajar hingga kita bisa lebih SUKSES dari sebelumnya. “Kita memang tidak kuasa menentukan dan mengubah arah mata angin, tapi kita kuasa untuk mengubah arah layar perahu kita, hingga kemanapun arah angin bertiup, kita tetap bisa sampai di pulau harapan”

Untuk membantu kita mencari makna yang lebih memberdayakan kita, berikut ini deretan pertanyaan yang bisa kita ajukan ke otak kita setiap kita dihadapkan pada satu masalah:
1.Apa saja yang bisa saya syukuri dari kejadian ini ?.
2.Apa hebatnya masalah ini ?
3.Apa hal-hal positif dari kejadian ini? 4.Makna dahsyat apa yang bisa saya ambil dari masalah ini sehingga saya bisa lebih BERGAIRAH lagi dari sebelumnya ?
5.Tindakan dahsyat seperti apa yang perlu saya lakukan, agar saya bisa lebih SUKSES lagi dari sebelumnya ?

Jika kita konsisten untuk selalu mengajukan deretan pertanyaan di atas, maka menjadi tidak masalah apapun yang terjadi, sebab dengan deretan pertanyaan di atas, masalah apapun akan menjadikan kita jauh lebih BERGAIRAH dan SUKSES dari sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan di atas akan memandu otak kita untuk focus pada sisi positif dari sebuah kejadian yang kita alami, dan otak kita akan selalu mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan. Selamat mencoba !!!

Tidak ada komentar:

LINK FROM AREMANIA